Al-Qur’an yang Teralienasi

Oleh Hamdan eSA (Dosen Ilmu Komunikasi Unasman) Ali sedang membersihkan rak bukunya ketika tangannya menyentuh sesuatu yang berdebu. Ia menariknya pelan—ternyata sebuah mushaf Al-Qur’an. Ia meniup debu di sampulnya, lalu tersenyum kecut. "Sudah lama sekali", gumamnya. Dulu, saat kecil, ia rajin mengaji bersama kakeknya. Setiap malam, mereka membaca Al-Qur’an bersama. Kakeknya selalu berpesan, "Jangan biarkan Al-Qur’an hanya jadi pajangan. Baca, pahami, amalkan". Tapi setelah kakeknya wafat, kebiasaan itu ikut menghilang. Ali membuka halaman pertama, melihat pesan itu tampak berupa catatan kecil di pinggir kertas—tulisan tangan kakeknya sendiri. Ia terdiam sejenak, lalu tiba-tiba ponselnya bergetar di meja. Notifikasi muncul: "Jangan lupa baca Al-Qur’an hari ini"! Ia melirik layar, lalu menghela napas. Sejak dulu, ia sudah mengunduh aplikasi Al-Qur’an digital di ponselnya. Tapi sejujurnya, ia lebih sering mengabaikan notifikasi itu dibandingkan m...