Halaman

Rabu, 22 Maret 2023

Unasman dan STIEB-IMM Teken MoU bersama TVRI Sulbar


Pose bersama pasca penandatanganan MoU (Foto: Hamdan)

Polman-andankji.com -- Universitas Al Asyariah Mandar (Unasman) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi & Bisnis Insan Madani Mandar (STIEB-IMM), menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan TVRI Sulawesi Barat.

Kegiatan penandatanganan ini berlangsung hikmat di Gedung Mahkamah Konstitusi Kampus Unasman, Madatte, Senin 20 Maret 2023.

Penandatanganan dilakukan langsung oleh Rektor Unasman Dr. Chuduriah Sahabuddin, M.Si., Kabag Akademik dan Kemahasiswaan STIEB-IMM Sri Irmayanti, dan Kepala Stasiun TVRI Sulbar Ir. Fuad, M.M.

Kegiatan ini dihadiri dan disaksikan oleh Wakil Rektor, para Dekan dan Ketua Prodi sejajaran Unasman, Pejabat Struktural STIEB-IMM, Ketua Tim Perencanaan & Pengendalian Konten Media Baru TVRI Sulawesi Bara, serta Ketua Tim Perencanaan & Pengendalian Pengembangan Usaha TVRI Sulawesi Barat.

Dalam sambutannya, Kepala Stasiun TVRI Sulbar menawarkan beberapa kegiatan atau program yang potensial dilakukan untuk mewujudkan kerjasama yang telah disepakati. Selain itu juga, TVRI dapat dan bersiap berbagi pengalaman khususnya dalam bidang penyiaran (broadcasting).

Sementara itu, Rektor Unasman, Chuduriah Sahabuddin, mengatakan bahwa kolaborasi ini sangat penting bagi para pihak, untuk saling bersinergi membangun Sulbar. Unasman sejak lama ingin berkolaborasi dengan TVRI Sulbar, dan sangat disyukuri saat ini dapat terwujud. Mengingat di Unasman terdapat beberapa Prodi yang terkait dengan TVRI khususnya Prodi Ilmu Komunikasi, Prodi Teknik Komputer dan Prodi Sistem Informatika. Namun demikian Prodi lain juga dapat secara kreatif merancang kerjasama.

"Kami berharap MoU hari ini dapat terimplementasikan dalam berbagai bentuk kerjasama dan teraplikasi dalam sejumlah program. Terutama beberapa bidang dalam Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM)", sambung Rektor.

Semua pihak, baik Unasman, STIEB-IMM dan TVRI, berharap semoga bulan Ramadhan yang sesaat lagi sampai, dapat menjadi awal untuk mewujudkan MoU. *H&*

Rabu, 01 Maret 2023

Paltering dan Pemuja Kebaikan

Oleh: Hamdan
(Dosen Universitas Al Asyariah Mandar)             

 

Saya ingin memulai tulisan ini dengan menyatakan bahwa; kebaikan, kebenaran, atau kejujuran adalah alat yang paling jitu untuk melakukan penipuan atau kebohongan.

Sebagai contoh kecil, suatu ketika saya ke pasar ikan tradisional (dan mungkin juga anda pernah ke tempat serupa), tidak jarang penjual menawarkan ikannya dengan pernyataan-pernyataan yang menarik. Misalnya; ikan segar“masih barusaya tambahkan satu ekor, dan lain-lain. Pernyataan-pernyataan itu benar dan jujur (baik) adanya. Namun ia tidak menyatakan bahwa ia telah meletakkan sesuatu di bawah tikar dudukan ikan agar ikan terkesan banyak menumpuk.

Atau dalam contoh yang agak besar sedikit, seorang calon legislatif melakukan pertemuan dengan sekelompok warga. Pertemuan berlangsung tidak kurang dari satu jam. Dalam pertemuan itu, ia berbicara banyak tentang hal-hal ideal bagi pemukiman warga, tentang kekurangan yang harus segera dibenahi, dan apa semestinya yang akan dilakukan dalam beberapa kurun waktu ke depan. Seluruh yang ia nyatakan benar dan memberikan kesan bahwa ia adalah figur yang baik. Tetapi yang sesungguhnya ia tidak sedang fokus dengan semua yang ia nyatakan itu. Kepentingannya hanya satu, yakni merebut banyak suara.

Dalam contoh kasus di atas (dan banyak contoh serupa), nampak terlihat bahwa pernyataan yang sungguh benar dan baik, dapat menjadi alat untuk mengalihkan perhatian orang dari satu tindakan yang sesungguhnya, yakni penipuan. 

Seseorang dapat mengucap sepuluh pernyataan atau melakukan sesering mungkin tindakan yang nampak baik dan benar, untuk meloloskan satu kebohongan atau penipuan yang dia inginkan. Inilah suatu tindakan menggunakan pernyataan jujur untuk menyesatkan orang lain. Tindakan-tindakan seperti ini disebut dengan “paltering”.

Melissa Hogenboom, seorang penulis fitur (feature) di BBC menuliskan paltering sebagai; seni licik berbohong dengan menggunakan pernyataan yang benar. Hogenboom dengan mengemukakan sejumlah hasil penelitian, menuliskan bahwa tindakan paltering sering terjadi dalam proses negosiasi seperti dalam dunia bisnis atau politik.

Penelitian Todd Rogers dan rekan-rekannya, melihat seberapa sering politisi menghindari pertanyaan selama debat, karena mereka menyadari sesuatu yang lain akan terjadi pada dirinya dari pertanyaan tersebut. Dengan menyatakan fakta lain secara jujur, mereka bisa keluar dari menjawab pertanyaan yang sebelumnya ditujukan padanya. Mereka bahkan bisa menyiratkan sesuatu itu benar padahal sebenarnya tidak.

Politisi melakukan ini sepanjang waktu, kata Rogers, seorang ilmuwan perilaku di Harvard Kennedy School. Karena itu, dia dan rekan-rekannya mulai memahami lebih banyak tentang hal itu. Dia menemukan bahwa paltering adalah taktik negosiasi yang sangat umum. Lebih setengah dari 184 eksekutif bisnis di ruang kerjanya mengaku menggunakan taktik tersebut.

Penelitian ini juga menemukan bahwa orang yang melakukan paltering percaya bahwa itu lebih etis daripada berbohong secara langsung. Mereka ingin mencapai kepentingan sesaat untuk tujuan pribadi atau kelompok, tetapi mereka juga ingin agar orang lain melihat mereka sebagai orang yang etis dan jujur.

Satu jajak pendapat tahun 2016 menemukan bahwa publik Inggris kurang mempercayai politisi dibanding agen real estat, bankir, dan jurnalis. Psikolog Robert Feldman, penulis The Liar in Your Life, melihat hal ini mengkhawatirkan baik secara pribadi maupun makro. Ketika kita dibohongi oleh orang-orang yang berkuasa, itu akan merusak kepercayaan kita pada institusi politik.

Cara kerja kognisi manusia nampaknya memang berwatak dasar mudah percaya pada hal-hal yang dipandang baik, benar, atau jujur. Sedangkan watak dasar dari kebohongan atau penipuan adalah harus diawali dengan apa yang dapat dipandang baik, benar, atau jujur. Pada titik inillah keduanya saling berjalin kelindan.

Karena itu, seseorang atau sekelompok masyarakat yang sangat memuja-muja kebaikan (memperlakukan kebaikan orang secara berlebihan), secara permanen telah percaya bahwa kebaikan adalah hal mulia dan hanya dapat dilakukan oleh orang berhati mulia. Mereka percaya bahwa kebaikan hanya bisa dilakukan oleh orang baik, tidak mungkin oleh orang jahat. Kebaikan hanya milik orang baik. Keyakinan yang mengakar ini menjadi pintu masuk bagi para penipu dengan memanfaatkan kebaikan sebagai pengecoh.

Barthes dalam kerangka semiotiknya menyebut level kesadaran yang mengakar ini sebagai mitos. Pemaknaan atau interpretasi “baik” atas suatu perbuatan baik, diyakini dengan kuat, mengakar dan tumbuh memenuhi ruang jiwa. Membuat tak ada lagi ruang dan waktu tersisa di dalamnya untuk interupsi atau kritik. Sehingga pemaknaan tersebut berubah menjadi keyakinan mendalam (mitos atau ideologi) yang tak tergoyahkan.

Kondisi kesadaran inilah yang mudah dipermainkan oleh suguhan-suguhan kebaikan tanpa henti. Orang dengan kondisi jiwa seperti ini akan mudah dikitari oleh pelaku paltering dan menjadi korban sepanjang waktu, kecuali bila paradigma berpikirnya tentang kebaikan dapat berubah.

Tidak heran, pada akhirnya kita biasa mendengar ucapan; “sungguh, saya tidak menyangka”, “ah… tidak mungkin”, “teganya kau”, dan sebagainya. Jika kata-kata ini telah keluar dari sasaran atau korban, itu pertanda akal sehatnya telah kembali normal.

Pelaku paltering dalam kehidupan sederhana kita sehari-hari dapat ditemukan pada orang yang hobi “berkecamuk” (bekerja keras cari muka) terhadap korban atau sasarannya. Sasarannya itu mungkin adalah atasannya, lawan politiknya, kompetitornya, bawahannya, temannya, konsumen atau pelanggannya, istrinya, suaminya, dan lain sebagainya. Sangat mungkin ia begitu dekat dengan anda. Pelaku paltering “membombardir” korbannya dengan berbagai bentuk kebaikan berupa; kata-kata bijak, pujian, prilaku, atau tindakan-tindakan baik.

Contoh ringan adalah dalam hal telpon menelpon. Tidak sedikit orang saat berkomunikasi lewat telepon melakukan paltering. Menyatakan hal-hal baik dan menyenangkan untuk menutupi kebohongan. Mengaku on the way, lagi meeting di kantor, lagi kena macet, lagi kerja, lagi istirahat, lagi belajar, lagi mengajar, dan sebagainya. Lawan bicara menjadi percaya, atau setidaknya ragu untuk tidak percaya. Atau setidaknya, lawan bicara tidak merasa teraniaya karena tipuan.

Sebagai akhir tulisan, saya ingin menceritakan kisah nyata tentang korban prilaku paltering yang dialami seorang sahabat Rasulullah.

Abdullah bin Ummi Maktum ra. adalah seorang buta yang memiliki keimanan tinggi. Ia memang tidak bisa melihat apapun, termasuk jalan berbatu yang harus dilaluinya untuk shalat di masjid. Tapi telinganya tetap mendengar kumandang azan sebagai seruan untuk mendirikan shalat berjamaah 5 waktu di masjid.

Karenanya, agar tidak terlambat tiba di masjid, atas ijin dan hikmah Allah SWT, sebelum azan berkumandang, beliau selalu berusaha lebih awal berangkat ke masjid, meskipun harus dengan meraba-rabakan tangan dan tongkatnya, dan kadang jatuh bangun. Tidak terkecuali saat shalat di subuh yang gulita. Hingga pada suatu subuh, beliau tersandung lalu tersungkur dan dari kaki serta wajahnya mengalir darah segar.

Tanpa sedikit pun keluhan, ia langsung berdiri dan hanya mengusap lukanya untuk membersihkan darah. Selanjutnya, beliau tetap bersemangat melanjutkan perjalanan menuju masjid.

Beberapa saat setelah berjalan dengan sedikit tertatih-tatih karena lukanya, tiba-tiba datang seorang laki-laki dengan ramah memegang tangannya dan terus menuntun jalannya sampai ke masjid. Lelaki murah hati tersebut ternyata juga berkenan mengantar Abdullah bin Ummi Maktum ra pulang ke rumah. Tidak hanya sampai disitu,

Lelaki asing baik hati tersebut mengantar Abdullah bin Ummi Maktum ra pulang-pergi ke masjid setiap hari, bahkan setiap kali seruan shalat berkumandang dari masjid. Tentu saja Abdullah bin Ummi Maktum ra merasa penasaran.

"Wahai fulan, bolehkah aku mengetahui nama dan asal-usulmu, agar aku bisa mendoakan dirimu kehadirat Allah SWT?" Tanya  Abdullah bin Ummi Maktum ra kepada sosok lelaki asing baik hati tersebut.

"Kau tidak perlu mengetahui siapa nama dan dn dari mana asal-usulku, serta tak perlu pula mendoakanku, karena sesungguhnya aku adalah iblis". Jawab si lelaki asing baik hati tersebut.

"Bagaimana mungkin, kaulah orang yang selalu mengantarku setiap hari pulang pergi ke masjid, sedangkan pekerjaanmu mengganggu dan menghalangi orang yang beribadah kepada Allah?" Jawab Abdullah bin Ummi Maktum ra yang terkejut mendengar jawaban si lelaki baik hati itu.

"Ingatkah, saat kau tersandung batu tajam dan akhirnya terjatuh, sehingga kaki dan wajahmu terluka parah mengeluarkan darah segar? Saat itu, teman-temanku mencuri dengar berita di langit, ketika para malaikat saling berbagi kabar dan berkata bahwa Allah SWT telah mengampuni setengah dosamu karena jatuh dan lukamu saat itu".

"Karenanya, aku khawatir jika engkau tersandung dan terjatuh lagi saat berjalan tertatih menuju masjid, apalagi sampai terluka parah lagi, maka setengah sisa dosamu juga akan mendapat ampunan dari Allah SWT. Itu yang tidak aku inginkan! Maka sejak itu, aku terpaksa mengantarmu, menuntunmu pulang-pergi ke masjid". Jawab si lelaki baik hati yang ternyata seorang iblis.

Manding, 5 Februari 2023.