Oleh:
Hamdan eSA
|
sumber gambar: https://blackheads.biz/files/gb/Golden.jpg |
Tidak jauh dari tepi jalan yang
saya lalui di suatu hari saat di kampung, beberapa ekor anak anjing sedang
menetek ―atau mungkin tepatnya seekor induk anjing sedang menyusui beberapa
anaknya. Dengan bunyi khas anak-anak anjing serta ketenangan sang induk dalam
mengawasi keadaan, dapat tertangkap betapa anak-anak itu memiliki rasa gembira
atas apa yang mereka dapatkan. Sangat sepele, tetapi sentak mengantarkan saya
pada sebuah istilah “tittytainment” yang pernah diungkapkan oleh Haudegen Zbigniew
Brzezinski, seorang Polandia yang selama empat tahun sebagai Penasehat Keamanan
Dalam Negeri presiden AS Jimmy Carter.
Tittytainment, menurut Brzezinski
merupakan kombinasi dari dua kata, yakni; tits dan entertainment. Tits merupakan istilah dalam bahasa slank (ucapan popular) di Amerika yang berarti payudara. Namun bagi Brzezinski, tits tidak diasosiasikan
dengan seks, melainkan lebih dikaitkan dengan susu yang teralir dari payudara
wanita saat menyusui. Istilah ini diungkapkan dalam sebuah pertemuan para
dedengkot manejer pengendali ekonomi dunia pada September 1995 di sebuah hotel
mewah “The Fairmont” San Francisco, yang diinisiasi oleh Michael
Gorbachev dan dihadiri oleh George Bush, Margareth
Tatcher, Ted Turner (CNN), John Gage (Sun Microsystem). Saat
itu sempat mendiskusikan sebuah tema; “masa depan pekerjaan”. Dalam abad
berikut nanti, hanya 20% penduduk dunia saja sudah mencukupi untuk
memepertahankan perekonomian dunia. Hanya seperlima dari seluruh pencari kerja
sudah cukup untuk memproduksi seluruh barang perdagangan dan cukup memberi
pelayanan jasa bernilai tinggi yang dibutuhkan oleh seluruh masyarakat dunia.
Selebihnya tidak dibutuhkan lagi. Setiap orang akan memikirkan karirnya
sendiri. To have lunch or be lunch; memakan atau menjadi santapan.
Tittytainment merupakan adonan
sempurna antara riuh-rendah dan dahsyatnya daya pesona entertainment serta
sandang pangan yang oleh para pengendali dunia dapat diatur sedemikian rupa
agar selalu tercukupi, sehingga 80% sisa seluruh penduduk dunia yang frustasi
dapat terkontrol perasaannya untuk tidak “meletup-ledak” di mana-mana.
Disinilah peran dari seperlima pencaker itu. Tekanan persaingan global tidak
mungkin dan tidak masuk akal untuk mengharapkan komitmen sosial dari
bisnis-bisnis perseorangan. Harus ada seorang atau pihak lain yang mengurusi
masalah-masalah sosial terutama soal pengangguran, demikian
kata Hans-Peter Martin dan Harald Schumann.
Jika masyarakat
membutuhkan suatu kehidupan yang lebih utuh dan lebih berarti, setidaknya dapat
diatasi oleh yayasan-yayasan atau lembaga sosial dengan berbagai program
berikut pasukan “sukarela”. Lalu dibiayai oleh perusahaan-perusahaan
besar untuk mendorong sukarelawan itu memberi pelayanan masyarakat di berbagai
bidang. Misalnya dengan membuat organisasi-organisasi yang dapat menstimulasi
munculnya solidaritas antar tetangga, olahraga, gaya hidup, politik dan banyak
yang lain. Kegiatan-kegiatan ini memakan biaya relatif sangat murah tetapi
dapat mendorong berjuta orang merasa diri dan hidupnya punya “arti”, baik dalam
masyarakat sekitar dan juga masyarakat global. Seperti itulah kira-kira
gambaran tittytainment yang ingin di kemukakan Brzezinski. Semacam mekanisme
nina-bobo.
Perut dan hiburan menjadi tekanan
penting dalam tittytainment. Secara sederhana seolah-olah Brzezinski ingin
mengatakan tidak begitu sulit untuk mengendalikan sekelompok orang, masyarakat
atau bangsa. Cukup mengisi perutnya tidak perlu terlalu kenyang serta kubur
duka-deritanya dengan hiburan-hiburan hebat. Mereka akan menikmati hidupnya
cukup dengan apa yang mereka dapatkan dan mendapatkan dirinya sebagai bagian
yang sangat berarti bagi dunia. Tittytainment dengan demikian adalah sebuah
strategi merebut dan mempertahankan kekuasaan, yang pada saat itu Brzezinski
menunjuk pada suatu kekuasaan global yang berdasar pada kekuasaan ekonomi.
Tittytainment sebagai sebuah
strategi, ternyata sebenarnya sudah dan sedang berkembang di kelas lokal dan
nasional beberapa bidang kehidupan kita, terutama misalnya dalam dunia
perpolitikan. Perut dan hiburan menjadi hal paling penting dan jitu untuk
memenangkan sebuah pertarungan politik. Di berbagai tempat, uang atau sembako
masih menjadi favorit untuk meraih kalkulasi terbesar penghitungan suara.
Dengan duit lima puluh ribu, atau gula sekilo, atau selembar sarung, dan
lain-lain kreasi, seisi rumah sudah merasa sangat berarti karena merasa telah
menjadi bagian penting dari perjuangan besar seorang kandidat, bahkan ada yang
rela mati. Toh perut memiliki ruang amat terbatas untuk menampung seluruh
kebutuhan materil makanan, tidak bisa banyak, hanya butuh dijaga agar tidak
kosong. Jika belum sempat, cukup dengan memberi janji-janji. Namanya janji
pasti manis semanis titty, apalagi disertakan selembar isi dompet sebagai
pelengkap penghibur hati.
Kampanye politik hampir tidak
pernah lepas dari kehadiran bintang-bintang hiburan (entertain) dari kelas
lokal hingga nasional, bahkan hingga ke goyang erotis yang sama sekali tidak
punya hubungan dengan visi kebangsaan dan kenegaraan. Dapat dibayangkan jika
raja-raja pemegang kendali kanal entertainment juga ikut ambil bagian dalam
kancah perpolitikan baik langsung atau tidak. Rasanya tiada kesulitan
menginjeksi ruang bawah sadar dengan tittytainment. Paling sederhana di kampung
yang paling pelosok pula, kampanye keliling dilakukan dengan mengikutkan mobil
besar yang di desain menjadi panggung hiburan electon nonstop. Masyarkat tak
pernah tahu bahkan dari kandidat dukungannya sekali pun soal apa gagasan,
konsep, komitmen, implementasi, pengawasan, dan lain sebagainya,.
Pertanyaannya, dengan kondisi
negara kita yang sedang menikmati tittytainment global, dan di saat yang sama
para elitnya juga melakukan tittytainment terhadap masyarakatnya sendiri, lalu
bagaimana kita bisa berbicara tentang keberdayaan masyarakat kita di tengah
masyarakat global? Kita mungkin akan terus menjadi masyarakat penetek, sambil
dielus-elus bobokkan dengan hiburan-hiburan dunia. Paling tidak, dengan
menggunakan baju kaos Chelsea, Metallica, nonton bareng live di media, nonton
dan ikut perkembangan info miss univers, dan lain sebagainya, seorang telah
merasa menjadi bagian berarti dari dunia.
Pemilihan legislatif pusat hingga
daerah serta pemilihan eksekutif sebentar lagi akan berlangsung. Apakah kita
ingin menjadi masyarakat penetek? Semua tergantung partai politik. Semoga
parpol tidak mengusung politikus tittytainment. Menetek punya waktu tertentu,
dan sang induk sangat paham kapan saatnya.
Wallahu a’lam.
Banga Pinrang, 23 September 2013